ANALISA SWOT POLRI DALAM MENANGGULANGI TERORISME
Polri sesuai dengan tugas pokoknya yang diatur dalam
Undang-Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara republik
Indonesia, memiliki kewajiban untuk melindungi, mengayomi dan melayani
masyarakat melalui kegiatan Pengaturan, Penjagaan, Pengawalan dan Patroli.
Disamping tugas pokoknya, Polri dalam rangka mengimplementasikan niat dan komitmen
bangsa Indonesia untuk menegakkan supremasi hukum terhadap berbagai aksi
terorisme yang dirasakan sangat merugikan masyarakat bangsa dan negara
Indonesia, maka Polri sesuai tugas, fungsi dan perannya sebagai alat negara
yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan
hukum, memberikan pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat harus melakukan
berbagai upaya cepat dan tepat untuk mengantisipasi dan menanggulangi munculnya
aksi terorisme di Indonesia.
Perkembangan
kejahatan terorisme global telah menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan
baik modus, kuantitas maupun kualitasnya, Indonesia tidak lepas dari sasaran
terorisme. Terungkap fakta adanya keterkaitan jaringan militan lokal dengan
jaringan internasional.
Aktifitas
teroris telah membidik dan memanfaatkan ideologi dan agama bagi masyarakat
dunia sebagai garapan agar memihak kepada perjuangan mereka. Oleh sebab itu
perlu ditangani secara bijak. Untuk mencegah dan menanggulangi segala bentuk tindakan
dan kegiatan teroris, pemerintah Indonesia menyikapi fenomena terorisme secara
arif, menganilisis berbagai aspek kehidupan bangsa saat ini, guna memerangi
aksi terorisme, bersama dunia internasional.
ANALISA SWOT POLRI
Analisa SWOT merupakan salah satu instrumen analisis yang
dapat digunakan oleh para pembuat keputusan untuk memecahkan masalah yang
dihadapi oleh organisasinya. SWOT merupakan akronim dari Strenghts (kekuatan)
yang berisi tentang kemampuan, keunggulan, keterampilan dan sumber-sumber yang
dimiliki oleh suatu organisasi; Weaknesses (kelemahan) yaitu memuat tentang
keterbatasan, atau kekurangan dalam hal sumber, kemampuan dan keterampilan yang
menjadi penghalang kinerja organisasi; Oportunities (peluang) berbagai situasi
lingkungan yang menguntungkan bagi suatu organisasi; Threats (ancaman) faktor
lingkungan yang tidak menguntungkan suatu organisasi.
|
|
Strenghts
|
Weaknesses
|
|
Oportunities
|
Gunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang
|
Atasi kelemahan dengan memanfaatkan peluang
|
|
Threats
|
Gunakan kekuatan
untuk menghindari atau mengatasi ancaman
|
Minimalkan
kelemahan dan hindari ancaman
|
Strenghts :
1.
Kewenangan Polri untuk pemeliharaan kamtibmas dan menegakkan supremasi hukum terhadap berbagai aksi
terorisme.
2.
Polri
mempunyai Densus 88 AT yang berperan dalam pemberantasan terorisme.
3.
Penggunaan
teknologi IT dalam melacak keberadaan kelompok teroris.
4.
Personil
Densus 88 AT yang telah mendapat pelatihan terorisme di dalam & luar
negeri.
5.
Personil
Densus 88 AT merupakan personil terlatih dalam menangani teroris dengan
pengalaman dan penugasan yang baik.
Weaknesses :
1.
Masih kurangnya personil Densus 88 AT jika dibandingkan
dengan luas wilayah Negara Indonesia.
2.
Tindakan dan cara bertindak dalam menghadapi terorisme belum
menyeluruh diketahui oleh personil Polri.
3.
Personil Polri yang bertugas di lapangan masih menjadi
sasaran terbuka bagi aksi terorisme.
Opportunity :
1.
Dukungan dan peran serta instansi lain dalam usaha pencegahan
dan penanggulangan terkait terorisme.
2.
Demokratisasi dan pembangunan di Indonesia mulai menuju pada
perubahan ke arah tatanan kehidupan yang diinginkan masyarakat.
3.
Terbukanya jalur informasi melalui internet dan penggunaan
media social dalam memberikan informasi terkait penyebaran paham-paham dan
ajaran terorisme.
4.
Informasi dari perangkat pemerintah terkait data dan
informasi penduduk pendatang.
5.
Dukungan masyarakat dalam usaha pencegahan dan penanggulangan
terorisme.
Threats :
1.
Lemahnya penegakan hukum dan sistem keamanan kawasan,
dimanfaatkan oleh para penyelundup untuk penyelundupan senjata api masuk ke
Indonesia dengan sasaran daerah konflik dan basis pertahanan teroris.
2.
Krisis ekonomi yang berkepanjangan mengakibatkan rapuhnya
sistem ekonomi bangsa berakibat pada kemiskinan masyarakat yang tidak tertolong
dan pada gilirannya masyarakat memilih caranya sendiri yaitu jalan radikal
kekerasan teror tanpa menghiraukan jatuhnya korban yang tidak berdosa.
3.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama informasi
dan komunikasi di satu sisi meningkatkan mencerdaskan masyarakat luas, di sisi
lain dapat memberikan dampak negatif terhadap masuknya informasi tentang
paham dan ajaran terorisme.
4.
Masih terjadi berbagai konflik di beberapa daerah di wilayah
Indonesia yang masih berpotensi, seperti Poso, Papua dan beberapa daerah
lainnya. Kasus-kasus pembalakan liar, pencucian uang dan pengamanan sumber daya
alam dari praktek-praktek kegiatan ilegal ekonomi.
5.
Lemahnya pengawasan terhadap narapidana kasus terorisme yang
masih tetap memberikan pengaruhnya kepada calon-calon pengikutnya di dalam LP.
STRATEGIS ANALISA SWOT
Setelah
mengidentifikasi unsur-unsur dari setiap aspek SWOT di atas, berikut akan dijelaskan
strategi dalam analisa SWOT. Keempat strategi analisa SWOT yaitu :
a. Strategi Comparative Advantage
Strategi ini
menekankan pada penggunaan semua potensi kekuatan Polri untuk memanfaatkan
semua peluang yang telah diidentifikasi bagi upaya penanganan terorisme secara
efektif dan efisien adalah sebagai berikut :
1.
Penggalangan kepada instansi lain (perangkat pemerintahan,
BIN, TNI) dalam sharing informasi
untuk pencegahan aksi terorisme.
2.
Penggalangan kepada
tokoh masyarakat dalam memberikan informasi di wilayah tempat tinggalnya
terhadap orang dan aktivitas yang mencurigakan yang mengindikasikan kegiatan
terorisme.
3.
Penggunaan teknologi IT dalam melacak keberadaan
kelompok teroris.
4.
Peran
serta pemerintah dalam memberikan pelatihan kepada personil Polri (Densus 88
AT) dalam penanggulangan terorisme.
b. Strategi Mobilization
Strategi ini
menekankan pada penanggulangan kelemahan dengan memanfaatkan peluang yang ada
pada Polri dalam penanganan terorisme yang efektif dan efisien adalah sebagai
berikut :
1.
Penambahan personil Densus 88 AT dengan rekrutmen yang
memiliki spesifikasi keahlian tertentu.
2.
Pemberian pelatihan dan pengetahuan personil Polri terhadap
cara bertindak dalam menghadapi terorisme.
c. Strategi Investment / Divestment
Pola dari strategi ini adalah memakai
kekuatan yang dimiliki oleh Polri untuk menghindari ancaman yang telah
diidentifikasi dalam penanganan terorisme, yaitu sebagai berikut :
1.
Ketegasan penegakan hukum dan sistem keamanan kawasan dengan
tegas terutama terhadap kasus-kasus penyelundupan untuk memutus mata rantai
penyelundupan senjata api yang dapat digunakan untuk tindakan terorisme.
2.
Penggalangan dengan instansi terkait dan pengusaha untuk
memberikan saran dalam penciptaan lapangan pekerjaan terhadap masyarakat
ekonomi tidak mampu untuk memperkecil peluang rekrutmen dari pengikut ajaran
tentang terorisme.
3.
Melakukan koordinasi dengan Kemeninfo untuk filter/
penyaringan terhadap arus informasi dan penggunaan IT terhadap situs-situs yang
menyebarkan paham dan ajaran terorisme.
4.
Koordinasi dengan instansi terkait dan melakukan pengawasan
secara ketat terhadap narapidana terorisme dengan pemisahan sel tahanan untuk
mencegah penyebaran paham dan ajaran terorisme kepada calon-calon pengikut.
d. Strategi
Damage Control
Strategi ini menekankan pada memperkecil
kelemahan yang ada pada Polri dan menghindari ancaman yang telah diidentifikasi
dalam penanganan terorisme yaitu sebagai berikut :
1.
Penambahan personil Densus 88 AT dengan disesuaikan luas
wilayah Negara Indonesia.
2.
Ketegasan penegakan hukum terhadap kasus-kasus pembalakan
liar, pencucian uang dan pengamanan sumber daya alam dari praktek-praktek
kegiatan ilegal ekonomi terutama pada daerah konflik
3.
Pelatihan personil Polri dalam menghadapi terorisme.
4.
Personil Polri yang bertugas di lapangan agar senantiasa
siaga dalam bertugas karena terbukanya kesempatan untuk menjadi sasaran
tindakan terorisme.
PROBABILITAS POTENSI
SERANGAN ISIS
Dengan
menelaah kejadian serangan Bom Sarinah dan tindakan terorisme yang baru saja
terjadi maka dapat dijelaskan bahwa potensi serangan ISIS terhadap aset dan
atribut Amerika di Indonesia adalah Very High (VH). Hal ini karena kebencian
ISIS terhadap Amerika yang dianggap oleh pengikut ISIS sebagai lawan pergerakan
mereka, sehingga berimbas terhadap stabilitas kamtibmas kepada kehidupan di
Indonesia. Meskipun masyarakat Indonesia adalah mayoritas muslim, kemudian
tindakan ISIS mengatasnamakan agama, namun karena banyaknya aset dan atribut
Amerika maka Indonesia menjadi sasaran
pergerakan ISIS.
Bahwa aset
yang menjadi ciri Amerika di Indonesia tersebar banyak, diantaranya
produk-produk yang mencirikan Amerika, restoran, objek vital Amerika seperti
kantor Kedubes, serta tempat-tempat umum yang memiliki ciri Amerika
lainnya.